Jumat, 17 April 2009

Cara Sakti di Era Modern ( Bagian 2 )


Apa enak jadi orang sakti ?...

Jawabannya sangat tergantung pada : siapa anda, apa pekerjaan anda, apa jenis kelamin anda, dan apa keyakinan anda.

Kita bahas satu per satu.

Siapa anda. Ini hubungannya dengan latar belakang anda. Darimanakah anda berasal. Dari suku apa. Bagaimana kehidupan anda. Bahagia atau tidak. Anda pernah trauma atau tidak. Apakah anda dibesarkan pada lingkungan yang keras, atau damai-damai saja dengan limpahan kasih sayang dari keluarga. Sebab, saya tahu tidak semua dari kita dibesarkan dalam lingkungan yang “baik-baik” saja. Ada diantara kita yang nasibnya tidak seberuntung yang lain. Ada yang harus berpisah dengan orang tua, ada yang orang tuanya bercerai, ada terlantar, ada yang tak tahu siapa dan dimana ibu bapaknya, ada yang mengalami kekerasan selama masa kecil, dan masih banyak lagi persoalan yang melingkupi hidup seorang anak manusia. Semua peristiwa ini bisa berpengaruh pada keinginan : jadi orang sakti atau tidak.

Apa pekerjaan anda. Ini juga penting. Di bagian yang lalu, saya gambarkan sekilas dari asal mula tenaga dalam kesaktian dari masa lalu. Kalau dulu, kesaktian mutlak diperlukan karena kerajaan satu dengan kerajaan yang lain saling berperang. Para pendekar menjadi andalan. Kesaktian juga diperlukan oleh para pejabat mulai dari kades, camat, bupati sampai panglima dan raja. Di masa lalu, demang, tumenggung, pandega, senopati, patih sampai raja memang mutlak harus sakti. Yang kalah sakti, tentu harus tersingkir atau menyingkir. Kita tentu tahu sejarah Ken Arok misalnya. Pengaruh seks dan perempuan ternyata juga menjadi faktor kesaktian diperlukan. Muaranya memang kudeta kekuasaan, tapi ya tetap berawal dari perempuan.

Di masa sekarang, pekerjaan tertentu ternyata membutuhkan kesaktian.
Pekerjaan itu biasanya berhubungan dengan keselamatan. Misalnya, tentara, polisi, satpam, bodyguard swasta, sopir,dan sejenisnya. Bahkan termasuk para bandit jalanan.
Mereka juga merasa harus sakti. Untuk apa ? Ya untuk menghindari kejaran polisi. Sebagian lagi merasa harus kebal dari peluru dan sajam.
Saya masih ingat kejadian di pertengahan tahun 2008 silam.
Tayangan berita di Trans TV mendapatkan gambar ketika puluhan personel brimob mengepung sebuah gubuk persembunyian seorang penjahat. Saya lupa TKP-nya dimana. Tapi yang saya ingat, sang bandit luar biasa sakti. Badannya mampu menahan gempuran peluru personel brimob. Pengepungan juga berlangsung lama sekali. Lebih dari 5 jam.
Seorang warga akhirnya memberitahu polisi kelemahan si bandit. Yaitu ada di jimat sakti yang digenggam erat-erat di tangannya. Polisi membidik tangan berjimat itu, dan…dor ! lepaslah jimat sakti.

Selanjutnya gampang ditebak. Si bandit roboh dan tewas setelah diberondong timah panas.

Selesai.

Rasanya, kurang percaya diri kalau tidak sakti. Kurang pas rasanya kalau tak punya jimat pegangan. Ilmu beladiri tangan kasong semisal karate, taekwondo, kempo, silat, masih kurang mendatangkan percaya diri. Perlu kebal. Perlu sakti mandraguna agar siap di medan perang yang ganas. Atau bagi bandit, tujuannya biar membuat polisi keder dan korban menyerah tanpa asa. Dan beragam alasan lain. Itulah fenomena kesaktian di jaman sekarang.

Apa jenis kelamin anda. Jenis kelamin penting ? iya…menurut pengalaman saya, faktor gender ini pengaruh juga ke masalah perlu sakti atau tidaknya seseorang.
Perempuan misalnya.
Sangat jarang saya jumpai selama ini, ada perempuan yang ingin sakti. Meskipun ada kesetaraan gender, tapi tampaknya perempuan kurang ingin “setara” dalam hal kesaktian. Toh, manfaatnya apa ?
Bukankah perempuan memang seharusnya dilindungi oleh laki-laki ?
Dunia tenaga dalam atau supranatural yang biasanya suka digeluti perempuan adalah bagaimana cara meningkatkan aura kecantikan. Atau juga yang berhubungan dengan ramal meramal, baik dari media kartu tarot atau garis tangan. Ramal meramal ini memang identik dengan suka-suka alias aktivitas ngerumpi bareng…
Perempuan juga lebih mengurus kecantikannya. Ya memang harus demikian. Itu sudah kodrati wanita. Sangat aneh rasanya kalau ada wanita yang cuek dengan kecantikannya. Sekalipun berjiwa tomboy, tapi pasti ada sekian persen unsur femininnya yang care dengan kecantikan.

Di satu sisi, perempuan memang kodratnya tak suka berkonflik.

Apa keyakinan anda jadi faktor paling penting. Keyakinan anda adalah dasar dari pribadi anda. Meskipun sebenarnya, kesaktian tak melulu harus dikaitkan dengan dunia religi. Orang yang tak beragama pun, bisa mempunyai ilmu tenaga dalam dan kesaktian.

Faktor keyakinan memang sangat subyektif dan tak bisa dipaksakan. Masing-masing orang punya prinsip sendiri. Ada yang memang merasa sangat perlu (menjadi) sakti. Tapi ada juga yang tak perlu ikut-ikutan jadi sakti.(*)

3 komentar:

  1. kalo untuk kandidat the master rcti sakti itu perlu :), tapi apakah sulap itu juga termasuk kesaktian ?. Aku heran bener2 heran sama demian, apa dia menggunakan bantuan sihir atau kekuatan lain?


    du2nk

    BalasHapus
  2. Sulap tak termasuk ilmu kesaktian.
    Sulap adalah ilmu trik dan kecepatan.
    Kita juga tak bisa terburu-buru menilai ilusionis memakai pasti memakai sihir atau murni trik.
    Tetapi, kalo yg dia lakukan itu melebihi fitrah manusia yang lemah, misalnya digilas sepur tumbuk tak masalah atau bisa tembus dinding, itu ada peranan ilmu lain.
    Ingat, saya bilang ilmu lain.

    BalasHapus
  3. Bapak , saya baru saja singgah di sini. Mencari cari apa sebenarnya arti sakti : Kuasa luarbiasa..itu kah. Apakah asal usul kata kata ini berasal dari SAKTHI' itu.

    Singgah ke blog kami http://alamjin-tuankelarias.blogspot.com

    BalasHapus