Kamis, 02 April 2009

Cari Sakti di Era Modern


Kenapa perlu belajar tenaga dalam ?
Darimana sih asalnya ?
Kenapa ada yang percaya dan ada yang tidak ?
Masih cocokkah tenaga dalam untuk jaman sekarang?
Adakah tenaga dalam penghasil uang ? he…he…he….


Pertanyaan-pertanyaan itu muncul sekitar empat tahun yang lalu. Sekitar tahun 2006, saya kembali ke Surabaya setelah sempat “mengembara” ke beberapa daerah. Di era saat ini, persoalan tenaga dalam, kesaktian, power, sudah tidak seramai dekade tahun 1980-an sampai 1990-an. Mungkin hal ini disebabkan peralihan jaman yang semakin modern, era informasi digital, atau keilmuan semacam tenaga dalam atau kesaktian itu sudah kurang menarik lagi bagi sebagian besar masyarakat kita.

Penyebab kurang menariknya keilmuan tenaga dalam disebabkan banyak faktor. Misalnya saja, suatu ilmu tenaga dalam ternyata hanya tipuan saja. Saat digunakan dalam pertarungan atau bela diri sesungguhnya, eh ternyata tidak berfungsi. Contohnya begini : ada suatu ilmu yang dinamakan ajian lembu sekilan, yang konon barangsiapa menguasai ilmu ini, maka yang bersangkutan tidak akan bisa dipukul dalam jarak tertentu (biasanya “sekilan” –istilah jawa- yang berarti satu jangkauan telapak tangan dari jarak tubuh). Ternyata, suatu saat orang yang menguasai ajian lembu sekilan diperas sama segerombolan preman di terminal. Karena merasa punya ilmu, korban pun melawan. Eh…saat dipukul sama preman, badan korban kena tinju…dan buuukkkk…jatuhlah si korban ini, dan dompet serta arlojinya diambil para preman. Tinggalah si korban tadi, dengan wajah bonyok, dan mungkin sedikit berpikir : kok tembus ya ? kok bisa dipukul ya ? katanya punya ilmu lembu sekilan ?

Faktor lain adalah pecahnya suatu perguruan tenaga dalam menjadi beberapa perguruan lain. Bagaimana suatu perguruan bisa pecah, itu nanti akan saya jabarkan tersendiri. Tapi yang jelas, kalau suatu perguruan sudah tidak kompak lagi, citranya mau tidak mau akan berubah. Minimal, jumlah anggotanya akan menurun drastis. Dan, yang paling ironis…perguruannya musnah ditelan seleksi alam. Bukan musnah karena diserang perguruan lain, tetapi ya itu tadi, musnah karena minim atau bahkan tidak punya anggota lagi.

Penyebab lain tenaga dalam kurang menarik di era sekarang, mungkin karena faktor pola pikir masyarakat sekarang, yang cenderung rasional, canggih, dan modern. Dan tidak percaya lagi dengan hal-hal yang berbau tenaga dalam, supranatural, dan sebagainya. Tentu boleh-boleh saja kok berpandangan demikian. Dan menurut saya, itu lebih baik daripada nantinya terjerumus ke hal-hal yang tidak benar secara agama. Tetapi sayangnya, ada yang malu-malu kucing. Ada sebagian masyarakat yang katanya sih nggak percaya dengan ilmu gaib dan sejenisnya, tetapi diam-diam mendatangi dukun untuk minta jampi-jampi, syarat, jimat, rajah, wifiq, dan sejenisnya. Misalnya, sebagian pejabat yang ingin jabatannya naik, pangkatnya bertambah, dan sejenisnya. Mereka ini golongan yang malu-malu kucing, berdalih tidak percaya namun toh menerima jampi-jampi dan jimat. Termasuk dalam hal ini menerima pemberian pusaka yang dipercaya punya yoni (kekuatan).

Sikap mereka tidak salah kok. Sikap yang pura-pura itu lebih dikarenakan untuk menjaga citra dan wibawanya sebagai pejabat. Jangan sampai masyarakat umum tahu kalau pemimpinya percaya hal-hal begituan. Hari gene gitu loh….

Lantas, bagaimana sih sejarahnya tenaga dalam itu ? Apa maksud dari tenaga dalam ?

Sejarah keberadaan tenaga dalam tidak lepas dari sejarah Indonesia. Saya memang sengaja membatasi dulu : hanya untuk Indonesia saja.

Anda sudah tahu kalau Indonesia ini dulunya negara yang terpecah sendiri-sendiri karena adanya kerajaan-kerajaan besar dan kecil. Sebelum penjajah datang, kerajaan itu sudah berdiri. Sebut saja Kerajaan Sriwijaya di Sumatera, Kerajaan Tarumanegara di Jawa barat, Kerajaan Kutai Kartanegara di Kalimantan, Kerajaan Demak di Jawa Tengah, dan Kerajaan Majapahit yang terbesar. Masing-masing kerajaan yang saya sebut berlatar belakang agama dan budaya yang tidak sama dan waktu kekuasaannya pun berbeda-beda. Misalnya, Majapahit yang bercorak Hindu. Sebelum Majapahit, ada Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singasari.

Di jaman itu (meski saya atau anda juga belum lahir), hidup suatu sistem kekuasaan berdasarkan derajat dan kesaktian. Kekuatan olah batin dan olah krida menjadi tolok ukur utama. Maka tak usah heran, banyak pendekar hidup di jaman itu plus para begawan sakti berilmu kanuragan tinggi. Mereka perlu menguasai ilmu kanuragan karena untuk bertahan hidup di jaman itu, mereka harus bertarung mengalahkan musuh. Perlu juga menjadi bagian dari suatu golongan untuk mendapatkan status, misalnya jadi senopati atau patih. Kalau hanya biasa-biasa saja alias tak punya ilmu, ya cukup jadi rakyat jelata.

Saat itu, mungkin bisa dikata, hidup tak terlalu materialistis seperti era sekarang. Apakah banyak pengusaha alias bisnisman di jaman kerajaan ? Bisa jadi iya, tapi tak seperti jaman sekarang. Buktinya kita juga menerima para bisnisman dari Tiongkok atau Arab yang kemudian mulai beranak pinak di negara ini sampai sekarang. Datangnya para bisnisman dari luar negeri itu belakangan berpengaruh juga dalam pengembangan ilmu bela diri dan tenaga dalam, termasuk supranaturalnya juga.

Nah, tenaga dalam sudah dikenal sejak jaman kerajaan. Para pendekar perlu sakti untuk supaya jadi yang terkuat. Tetapi, sayangnya, kesaktian para pendekar kita ini ternyata kalah juga sama kecepatan peluru. Penjajah dari tanah Eropa tahu bahwa meski mereka nggak sakti sama sekali, tapi punya teknologi yang lebih canggih untuk kalahkan pendekar. Dari situlah, tenaga dalam yang sebelumnya hanya kebal bacok atau kebal sabetan pedang dan tombak, mendadak dituntut untuk kebal peluru juga…


Arti Tenaga Dalam

Tenaga dalam adalah tenaga bio electromagnet yang terpendam dalam tubuh manusia. Tenaga ini ada di setiap manusia namun tergantung diolah atau tidak. Di jaman dulu, para pendekar tentu tak tahu dengan istilah bio electromagnet. Yang mereka tahu, ini tenaga super dan menghasilkan kesaktian.

Bio artinya hidup, electromagnet berarti gelombang listrik atau electron yang punya sifat menarik dan menolak. Itulah tenaga dalam.

Anda nggak percaya kalau punya tenaga dalam ? Begini…pernah tidak melihat seseorang yang sangat marah ? Marah sekali, sampai memukul benda, memukul lemari, pintu, atau bahkan emosi sampai memukul orang lain (jangan ditiru ya…).

Itu sebenarnya tenaga dalam. Atau begini, pernah lihat orang sangat ketakutan ? Misalnya, takut karena merasa melihat pocongan di kuburan lantas lari terbirit-birit sekuat tenaga ?...Lari kencang karena takutnya bukan main dengan “pocongan” tadi itu termasuk tenaga dalam lho. Sama takutnya kalau kita lari secepat-cepatnya karena dikejar anjing herder.

Tenaga dalam pada dasarnya lahir dari kondisi keterpaksaan. Karena kita punya naluri untuk bertahan. Naluri untuk mempertahankan hidup. Kalau terpaksa dan sangat tertekan, rasa stress itu muncul menjadi sebuah tenaga.

Tenaga dalam tidak muncul kalau suasana sedang baik-baik saja. Tenaga itu tersimpan di seluruh badan. Bisa aktif bisa pasif. Tergantung lagi apakah tenaga itu diolah atau tidak. (*)

1 komentar:

  1. tentu saja.
    kalo saat normal atau baik-baik saja, tenaga fisik yg lebih dominan.

    BalasHapus