Selasa, 07 April 2009

Terlalu Banyak Musibah


Sebenarnya saya ingin menunda posting yang satu ini. Saya ingin menyambung tulisan “Cara Sakti di Era Modern” ke bagian kedua, ketiga, dan seterusnya sampai selesai. Saya ingin anda yang membaca blog ini bisa punya tautan yang tersambung satu sama lain. Saya ingin anda punya dasar-dasar terhadap pemikiran saya. Paling tidak, bisa melihat dari sudut pandang mana saya membaca fenomena tenaga dalam dan supranatural.
Tetapi, sebuah tragedi baru saja terjadi. 6 April 2009, rupanya menjadi hari paling tragis bagi para korban tragedi jatuhnya pesawat Fokker 27 milik TNI AU di Bandung. 24 penumpang tewas, diantaranya 18 anggota Paskhas TNI AU. Saya tak bisa diam lebih lama melihat fenomena yang satu ini. Tulisan “Cara Sakti di Era Modern” akan saya lanjutkan setelah artikel ini saya posting.

***********

Saya sedang makan di sebuah warung, ketika berita TV ramai-ramai memblow-up tragedi Situ Gintung di Tangerang. Ratusan tewas dan ratusan lainnya hilang dalam tsunami kecil ini. Enak-enaknya menyeruput teh manis, seorang pengunjung di samping saya yang juga lagi sarapan pagi, tiba-tiba nyeletuk : “ kok mesti ya, kalo rame-rame mau pemilu begini, selalu ada musibah...” Orang lantas ngeloyor pergi.

Kata-kata orang itu terngiang lagi di kuping saya saat tragedi jatuhnya pesawat TNI AU diberitakan. Setelah Situ Gintung, lalu pesawat jatuh. Saya lantas berpikir : adakah hubungan antara pemilu dengan musibah ? kalau ada, dalam hal apa ? bagaimana membuktikannya ? siapa yang harus membuktikannya? Apakah dengan pembuktian itu semua orang jadi percaya ?

Ah...saya kok jadi repot sendiri. Tapi, apakah anda juga berpendapat sama dengan saya ? atau, anda berpikir: ah...ya nggak toh, itu kan cuma kebetulan mau deket-deket pemilu !

Tapi, apapun pendapat anda, itu sah-sah saja. Namun yang jelas dan yang pasti saya katakan disini adalah: semua kecelakaan atau tragedi yang terjadi di muka bumi ini, ada campur tangan faktor X. Apa faktor X itu ? Faktor X adalah semua penyebab yang tak bisa dikategorikan dalam nalar dan akal sehat. Faktor X ini ada, meskipun banyak pihak yang tetap teguh dengan pendirian dan pendekatan ilmiah.

Saya tentu saja setuju dengan analisa musibah, kecelakaan atau tragedi yang memakai logika ilmiah, baik dari segi keilmuan geografis, cuaca, iklim, fisika dan sebagainya. Dan itu memang harus dilakukan. Namun, jangan lupa bahwa akal manusia ada batasnya. Ada wilayah tertentu yang harus kita lihat dengan pendekatan yang berbeda.

Saya menyadari dan membuktikan sendiri apa yang terjadi pada sebuah kasus kecelakaan. Di tahun 1998, saat situasi negara sedang tak menentu, saya sempat kecelakaan sepulang dari kuliah. Ketika itu, saya menabrak seorang pengendara sepeda dan kami sama-sama jatuh dan terluka. Urusan ganti rugi terpaksa saya jalani. Saya pikir waktu itu, saya lagi sial. Ternyata, kesialan itu berlanjut esok harinya. Hanya karena menyenggol motor orang di sebuah pasar burung, saya nyaris jadi korban carok satu pasar. Menyadari saya terancam dan kalah jumlah, saya tak mungkin melawan (meski “merasa” bertenaga dalam). Untungnya, bentrok fisik bisa terhindarkan dengan beberapa lembar rupiah, (...he...he...selamat deh.....!)

Saya stress waktu itu. Saya merasa: what’s wrong with me ?

Dalam sebuah tehnik ritual lintas dimensi beberapa hari kemudian (kelak akan saya jelaskan apa itu tehnik ritual lintas dimensi), belakangan saya ketahui kalau secara metafisika, saya sedang dalam incaran ruh-ruh manusia yang sedang diazab alias dihukum oleh Tuhan. Ruh-ruh itu tak beragama. Mereka ruh-ruh orang PKI...dan bertujuan membuat saya hilang batas kesabaran, hilang batas keimanan, dan pada akhirnya yang paling berbahaya...membuat saya berpendirian seperti orang komunis !

Alhamdulillah, saya masih dilindungi. Saya mendapatkan cara agar terbebas dari belenggu tak mengenakkan itu.

Sejak peristiwa itu, saya mendapat keyakinan bahwa apapun kecelakaan atau musibah yang terjadi menimpa umat manusia, pasti ada peran faktor X didalamnya. Termasuk juga, dengan musibah yang sering melanda tanah air, mulai musibah alam, musibah kemanusiaan, sampai musibah transportasi. Ada faktor X yang bermain disana.

Lalu, hubungannya dengan pemilu apa ? Kalau secara langsung dengan pemilunya, ya tidak ada. Tetapi, hubungannya adalah dengan orang-orang yang berambisi menjadi wakil rakyat atau pemimpin rakyat. Sudah menjadi rahasia umum, kalau mau jadi pejabat, wakil rakyat, atau pemimpin rakyat, sebagian besar mereka ini menggunakan cara-cara irasional dengan kekuatan tertentu yang dianggap gaib dan diyakini bisa membantu mewujudkan keinginannya. Parahnya, mereka tak peduli darimana kekuatan itu berasal dan apa dampaknya. Yang penting, bayar ke paranormal, lakukan sejumlah syarat tertentu, dan tinggal tunggu hasilnya.

Ekskalasi lalu lintas kekuatan gaib itu sangat padat menjelang hajatan pemilu. “Mereka” ini adalah makhluk tak tampak mata, dan mereka butuh makan untuk hidup. Dalam skala power tertentu, kekuatan ini mampu mempengaruhi kondisi alam, memperburuk cuaca, sampai akhirnya berujung pada musibah. Dan yang paling tragis, mereka memakan daging dan darah para korban (secara gaib) untuk mendapatkan tenaga. Tujuannya, ya supaya mereka bisa bekerja sesuai order boss-nya. Semakin tinggi jabatan atau posisi yang diincar, maka semakin besar pula kekuatan gaib yang dibutuhkan. Maka semakin besar pula tenaga yang dibutuhkan. Artinya, semakin banyak pula.......(ah, saya tak berani melanjutkan lagi...)

Saya ingin ada taubat nasional di negeri ini. Yang benar-benar taubat. Tidak cuma di mulut saja alias lips service. Yang masih menggunakan bantuan secara supranatural semacam itu, semoga segera tersadar. Kalau memang ingin jabatan, berdoa dan beribadahlah dengan benar kepada Tuhan. Itu sudah cukup. Kalau niatnya tulus, pasti Yang Maha Kuasa memberikan jalan. (*)

1 komentar:

  1. hiiii aduh tidak bisa dimasukkan nalar, tapi kalo sampean ngomong gini, pasti memang kayak gini keadaannya.


    du2nk

    BalasHapus